HIJAB SANG GADIS TOMBOY
“Yatt.. Dayatt.. Banguuunn…!! Sahur
gak loe..?? Udah hampir subuh nih..!!” Besok Jadi Puasa senin kannn..??” teriak
Aji, sang roommate persis di telinga
Cowok bernama Dayat , coba ngingatin Dayat untuk puasa rutin Senin Kamis nya.
“Ermmm.. iya..” respon Dayat cuek entah nyadar atau enggak. Sesaat Dayat
melirik jam Becker yg ada diatas meja belajarnya. Jarum jam tepat mengarah di
angka 4.15 . “Ahhh.. masih lama” begitu fikirnya, lantas menarik kembali
selimutnya. Aji hanya menggelengkan kepala sambil mulutnya berdesis
“Ckckckck..” Lantas dengan lebih Extrem menarik selimut yg baru saja Dayat
sarungkan.
“Banguuuuuuunnnn…!!” kali ini suara Aji setengah berteriak
“Iya..” begitu saja respon Dayat lalu memejamkan matanya kembali.
Kali ini Aji bertindak lebih
agresif, dia menarik bantal bergambar Sun Goku, tokoh komik kesayangan Dayat
dan menyumpalkannya ke muka Dayat. Spontan saja Dayat bangun dengan nafas
tercungap cungap mengambil nafas dan membalingkan bantal itu kea rah Aji.
“Resek banget sih loooooee..!!” gumamnya kesal. Sementara Aji hanya
tertawa lebar melihat gelagat lucu sahabatnya itu.
Dengan mata yg belum terbuka
sepenuhnya, Dayat lantas bingkas menuju kamar mandi untuk mencuci muka, kemudia
bergegas ke dapur untuk memanaskan Tomyam Seafoad kesukaannya yang sengaja dia
pesan di Café tempat dia bekerja sebelum dia tidur tadi.
Sambil menunggu Tomyam nya panas, Dayat menggapai HP NOKIA XL nya dan
mulai membuka aplikasi Facebook nya, perlahan dia scroll layar HP nya, satu
persatu dia baca status yang di update temen temennya, hingga pada satu titik
dia terhenti, tiba tiba dia tersenyum sendiri melihat sebuah status yg di tulis
seorang gadis berjilbab sederhana bernama ERIKA, gadis yang sudah menjadi teman
facebooknya semenjak kurang lebih 5 tahun lalu.
Pendek saja postingannya “yuk
sahur..” di posting 30menit yang lalu, Dayat hanya menekan tombol LIKE yang
terdapat dibawahnya lalu membuka Profil gadis tersebut.
“Cantik sekali ya Erika dengan jilbabnya yang sederhana itu..” terdengar
suara yang seolah berbisik ditelinganya. Dayat kaget, dia menoleh kearah
datangnya suara itu, rupanya Aji memperhatikan gelagat sahabatnya itu tanpa Dayat
sadari
“Ahhhh.. resekkk..” gumam Dayat seraya mengunci layar HP nya. Kebetulan
Tomyam nya pun sudah mendidih dan siap untuk jadi santapan sahurnya.
“Nebeng sahur ya..” tanpa di iya kan oleh Dayat, Aji langsung saja
menuangkan Tomyam itu kepiringnya.
“Eit.. jangan di habisin dooong… Nasib gue gimana..??” ujar Dayat seraya
menarik mangkok Tomyam favoritnya itu. Aji hanya menyeringai seraya nyeletuk
“bukannya loe udah kenyang liat foto Erika tadi…??”
“Apaan sih.. minggir minggir..”
Sejenak dapur jadi riuh dengan
senda gurau dua sahabat itu. Ternyata benar ya.. Bahagia itu sederhana, yaitu
ketika kita bias tertawa dan berbagi bersama sahabat terdekat kita. Buat Dayat
sahabat itu sama levelnya dengan saudara, apalagi dalam perantauan. Walau tidak
dapat dipungkiri bahawa Dayat memiliki banyak saudara di Kuala Lumpur ini.
Dayat adalah seorang pemuda asli Madura, dia bekerja disebuah Café (baca
saja : Kantin) di salah sebuah Asrama Mahasiswa di Kuala Lumpur – Malaysia.
Café itu beroperasi dari jam 7 pagi hingga 12 malam, dan Dayat bekerja pada
Shift sore, yaitu dari jam 1 sore hingga jam 12 tengah malam. Dayat tidak perlu
menyewa rumah karna di Café itu disediakan kamar untuk para staff. Sebuah
fasilitas yang cukup bagus, selain bisa mengurangi pengeluaran untuk sewa
rumah, lebih mudah untuk bekerja, tidak perlu naik angkutan umum ataupun
berjalan kaki. Semua fasilitas tersedia, kamar ber-AC, TV dengan saluran Astro
yang memaparkan saluran dari berbagai Negara. Movies, Sports juga
entertainments bisa ditonton melalui Astro.
Usai bersahur, Aji kembali ke
kamar untuk menyambung kembali mimpinya yang entah sudah terputus sampai
dimana, sementara Dayat mengambil wudlu untuk melakukan sholat malam.
Jarum jam menunjukkan 5 pagi
“Bentar lagi subuh, abis sholat subuh deh baru sambung tidurnya” begitu
fikirnya. Dayat kembali menggapai Henfonnya, perlahan dia membuka kunci
henfonnya , masih terpampang foto Erika lantaran tadi dikunci begitu saja tanpa
menutup Facebooknya, sejenak dipandanginya foto itu, terlihat dia mengukir
senyuman pada bibir tebalnya
“Benar kata Aji.. Erika terlihat sangat anggun dg jilbab sederhananya,
walau tanpa sedikit Make-Up pun diwajahnya”
Sejenak dia celingukan kanan dan kiri, kalau kalau ada yg memperhatikannya
diam2 seperti tadi. Dia nyengir geli karna kata kata sebentar tadi bkn dari Aji
tapi dari kata hatinya.
Dalam hening awal pagi itu,
Dayat terdiam, perlahan otaknya berputar pada dimensi kurang lebih 5 tahun
lalu, dimana dia baru mengenali Erika
lewat facebook. Penampilannya seperti layaknya cowok, pakek celana jeans,
kemeja longgar, berambut pendek, kadang berwarna biru, kadang berwarna kuning,
kadang juga berwarna hijau, omongannya ceplas ceplos semaunya tanpa sensor saat berbalas komentar di
facebook dengan cowok cowok, tentang bobrolan yang berbau dewasa..
Erika bekerja sebagai TKW di
Hongkong. Dia bekerja disebuah jewellery shop dibagian auto-check. Menurutnya,
Erika hanya bekerja kurang lebih 5jam dalam sehari, yaitu dari jam 10.30pagi
hingga 3 sore, tugasnya hanya memantau, mendata serta melaporkan barang yang
keluar masuk (yang terjual dan yang belum terjual), juga barang yg terkirim.
karna itu dia selalu punya banyak waktu untuk bermain dan Online. Dan setiap
hari minggu dia mengikuti latihan Taekwondo sebagai activity luar.
Bermula dengan berbalas balas
komentar di facebook, adakalanya saling mengejek, kian hari Dayat dan Erika
kian akrab, bukan hanya itu, mereka juga lanjut di facebook messenger untuk
membahas apa saja, mulai dari hal yang tidak penting hinggalah masalah pribadi,
bahkan Erika juga merasa sangat nyaman untuk menceritakan masalah keluarganya
kepada Dayat. Bagi Erika Dayat adalah sahabat, sahabat tempat ia mencurahkan
segala apapun jua yang Erika alami, dan Dayat selalu punya ruang waktu untuk
melayani segala permasalahan yang Erika luahkan padanya.
Erika sering menghubungi Dayat
melalui panggilan telefon berJam jam lamanya hanya untuk berbagi suka dan duka
yang dia alami. Dan Dayat selalu bisa menenangkan perasaan Erika disaat Erika
sedang gundah. Kecanggihan IT benar benar di mamfaatkan dengan baik oleh
mereka, maka aplikasi Skype pun sering mereka gunakan pada waktu luang, bahkan
saat Dayat sedang bekerja. Beruntung Dayat bekerja di bagian Cashier sekaligus
bikin minuman, jadi Dayat bisa juga sambil membuka laptopnya, dan hal ini sama
sekali tidak dilarang oleh majikan Dayat selagi tidak memutar lagu lagu
dangdut, bukan karna majikan Dayat tidak menyukai lagu dangdut, tapi karna café
ini adalah café melayu.
Erika sering melihat gelagat
serta cara Dayat bekerja melalui Skype dilayar laptopnya, Dayat sengaja
memperlihatkan pada Erika tentang kesibukannya, tentang bagaimana Dayat menjaga
kasir sambil bikin minuman sekalligus. Dayat sengaja tidak mematikan chatingan Skype
nya pada waktu sibuk agar Erika dapat melihat kesibukannya, dan Erika tidak
sedikitpun berganjak dari layar laptop nya. Sesekali Erika terlihat ketawa
cekikikan.
“Yat… Dayat…!!” suara Aji kembali terdengar di telinga Dayat
“Apa sih...” gerutu Dayat cuek dan ketus bahkan sedikitpun tidak menoleh
kearah datangnya suara Aji.
“Woiiii… Arman Hidayat.. udahan dong ngelamunnya, matahari udah hampir
nongol tuh, entar subuhnya dipatok ayam”. Kali ini suara Aji persis di cuping
telinga Dayat, membuyarkan semua lamunannya tentang Erika. Dayat lantas bingkas
berdiri dan bergegas untuk sholat subuh, rupanya Dayat telah begitu jauh hanyut
dalam lamunannya, Aji hanya menggeleng melihat gelagat sahabatnya dan tidak
seperti biasanya itu.
Dayat dan Aji sudah lama
bersahabat, berasal dari kecamatan yang sama, cuman beda satu kampung, mereka saling
kenal sewaktu sama sama sekolah menengah dan nyantrik di YPI AL-IBROHIMY, salah
sebuah Yayasan Pendidikan Islam yang terdapat di Pulau Madura.
Semenjak Erika berpenampilan
dengan imej berhijab, Dayat jadi sering berperasaan aneh, Dayat juga sangat
mengagumi perubahan yang di alami oleh sahabat Facebooknya itu.
“kok bisa ya gadis Super Tomboy seperti Erika berubah 120 derajat seperti
sekarang ini..??” pertanyaan itu seringkali berlegar legar dalam otaknya, bukan
maksud Dayat meragukan kekuasaan sang Pencipta, tapi semua ini adalah kejadian
paling luar biasa sekali yang pernah Dayat saksikan secara langsung
Suatu hari, sebelum berhijab
Erika mengutarakan keinginannya itu kepada Dayat, dan Dayat mendukung
sepenuhnya I’tikad baik sahabatnya itu. Banyak hal tentang agama Islam yang
Erika pelajari dari Dayat, Erika tidak pernah segan silu untuk menanyakan
kepada Dayat tentang hokum hakam agama, dan Dayat mampu meleraikan setiap
kekusutan yang ingin Erika luruskan. Dayat merasa sangat bersyukur karna
mengetahui tentang hukum agama islam walau pun hanya sedikit, seketika pula
tiba tiba raut muka dayat kelihatan berkedut, ada penyesalan yang teramat karna
dahulu dia tidak serius mendalami ilmu agama islam saat di Pesantren, tapi
kemudian dia terlihat tersenyum begitu mengingat Erika, karna kenyataannya
Dayat telah membawa perubahan yg jauh lebih baik kepada Erika
Pada suatu hari, foto
berhijab yang pertama Erika di upload di facebook, berbagai komentardiberikan
oleh temen temen facebook Erika, ada yang mendukung, ada yang menertawakan, ada
yg mencibir, dan banyak pula yang mengejek.
Pernah nonton adegan kajol,
saat pertamakali belajar berpenampilan feminim dalam film Bollywood yang
berjudul KUCH KUCH HOTA HAI..?? seperti itulah penampilan pertama Erika saat
mulai belajar berhijab, selalu menjadi perhatian, jadi bahan ledekan, namun
semua itu tidak lantas mematahkan semangat Erika untuk terus berhijab, semua
itu Erika jadikan tantangan, dan sebagai seorang sahabat yang baik, Dayat
selalu menyemangatinya dan menasehati agar tidak terlalu peduli dengan apa yang
orang katakan, lambat laun mereka akan terbiasa dengan penampilan baru Erika
hingga tidak akan ada lagi suara suara sumbang yang kedengaran lagi.
Erika, sang gadis yang
dulunya super tomboy itu, kini semakin nyaman dengan berhijab, kian hari
penampilan nya kian anggun, nada bicaranya juga sudah tidak seperti dulu lagi,
lebih santun dan di control dengan baik, Erika bahkan sekarang sudah rela
meninggalkan Taekwondonya yang sudah mulai memasuki Sabuk hitam. Erika lebih
nyaman menghadiri pengajian di Masjid dan juga membantu sebisanya sebuah panti
asuhan yg terletak tidak jauh dari tempat tinggalnya di Hongkong.
Sekali lagi Dayat semakin
kagum hingga tanpa Dayat sadari ada perasaan lain yang Dayat rasakan, seperti
bibit bibit cinta mulai tumbuh bersemi dihati Dayat, makin lama perasaan itu
makin terasa akan tetapi Dayat tidak pernah tau cara untuk mengungkapkannya
kepada Erika, bahkan Erika hanya tertawa lebar begitu merasakan Dayat mulai
menggombalinya.
“Gak usah modus, gak bakalan mempan” kilahnya sambil tertawa
Pernah suatu hari Dayat
menanyakan kepada Erika
“Apa sih yang mendorong kamu untuk berhijab..?” begitu pertanyaan singkat
yang Dayat tuliskan kepada Erika melalui Facebook Messenger nya
“Tepatnya.. Aku gak bisa menyimpulkan secara pasti, entah hidayah atau
kesadaran sendiri” Erika memulai jawaban dari pertanyaan Sahabat yang juga
motivatornya itu.
“Mungkin kamu mendapat tanda tanda sebelumnya atau gimana..??” dayat makin
penasaran.
“Awalnya .. dari rasa malu, juga dari rasa takut dan banyak kejadian
kejadian yang aku alami, bahkan kamu sendiri banyak terlibat dengan perubahanku
ini”
Setelah menulis jawaban itu,
Erika tampak diam beberapa menit lamanya, Dayat segera mengetik utk menanyakan
pertanyaan selanjutnya, akan tetapi belumpun pertanyaan dari Dayat siap di
kirimkan, terlihat di ruang Chat bahwa Erika sedang menulis, Dayat mengurungkan
niatnya utk menekan ENTER dan memutuskan untuk menunggu saja tulisan Erika yang
selanjutnya.
“Mulanya.. Aku beberapa kali bermimpi di datangi sosok Lelaki berpakaian
seba putih, Dia memberikan kepadaku kain lebar tanpa berkata sepatahpun,
membuat hatiku bergetar. Suatu hari , sahabatku yang waktu itu sedang sakit
keras mengatakan kepadaku kalau dia melihatku berhijab di dalam mimpinya
beberapa hari sebelum dia menghembuskan nafasnya yang terakhir. Tak lama
selepas kejadian itu, aku bertemu seorang ibu tua dijalan yang lagi kesusahan
membawa barang yang terlalu berat, aku membantunya. Dalam perjalanan, ibu tua
itu kerap memanggilku dengan panggilan “Cah Ayu”, padahal jelas jelas waktu itu
aku berambut pendek, berwarna biru memakai celana jeans dan baju yang
kedodoran. Aku sempat protes sama ibu tua itu karna merasa disindir dengan
panggilan “Cah Ayu” itu. Alangkah makin tersentaknya aku saat ibu tuaitu bilang
“Nak… kamu itu cantik.. kamu itu
baik.. kenapa tidak kamu sempurnakan hatimu dengan berhijab..??”
Aku terpaku mendengar kata kata ibu tua itu, dan tanpa segan silu aku
bilang sama beliau kalo aku tidak tau agama, aku terlalu bodoh tentang agama.
Lalu ibu tua itu menyodorkan tangannya kepadaku, memberikan sebuah buku
Yasin,tasbih, serta sebuah brosur tentang pengajian Masjid kepadaku, sekali
lagi aku terpaku, hatiku bergetar dan tanpa kusadari ada yg jatuh menetes dari
kelopak mataku membasahi pipiku.
“Sejak saat itu, aku sering bertanya tentang agama kepadamu, aku banyak
belajar dari kamu. Meski aku nggak tau kamu sedang dimana dan sedang apa, namun
aku serasa sangat nyaman saat bertanya tentang agama tanpa rasa malu, karna aku
ingin sekali belajar dan mengetahui lebih banyak lagi. Hampir semua jawaban
kamu aku bantah karna tidak sesuai dengan pemikiranku sehingga memaksa kita
untuk sering berdebat.
Hingga pada suatu hari, hatiku
tergerak untuk melangkah ke Masjid, menghadiri sebuah pengajian seperti yang tertulis di brosur yang pernah
diberikan seorang wanita tua yang ku temui tempo hari. Penampilanku yang tomboy
jelas menjadi perhatian para jama’ah lain yang datang,aku berpakaian tomboy
seperti sehari hari, hanya menggantungkan sebuah selendang dikepala dan
kulilitkan kedua ujungnya di dagu. Aku dipandang aneh, ada yang menertawakanku
dan tidak sedikit pula yang mencibirku. Ingin sekali seketika itu juga aku
keluar dari Masjid dan segera pulang saja kerumah karna merasa tempatku bukan
disitu, akan tetapi, Disaat aku merasa kurang nyaman dengan semua yang
memperlakukanku, terlihat sosok ibu tua yang dulu pernah kujumpai tersenyum
ramah di sela sela jama’ah, mendamaikan perasaanku yg sedang berkecamuk.
“Sejak saat itu, aku selalu menyempatkan diri untuk menghadiri pengajian
di Masjid, hingga akhirnya aku benar benar yakin dan semakin mantap untuk menutup
auratku dan berhijab, bukan karna aku ingin ikut ikutan jama’ah lain, akan tetapi
karna takut akan Azab Alloh dan terlaknat seperti yang pernah kamu katakan
kepadaku dulu bahwa Alloh akan melaknat laki laki yang menyerupai wanita, dan
wanita yang menyerupai laki laki”
Begitulah Erika menjelaskan
panjang lebar tentang perubahannya. Dayat merinding membacanya dan tidak lupa
mendo’akan semoga sahabatnya itu tetap istiqomah dengan hijab serta ke
taqwaannya.
Dayat ssemakin mengagumi Erika,
bukan hanya itu.. kini Dayat merasakan perasaan yang luar biasa.. sebuah
perasaan cinta, bukan sekedar rasa cinta persahabatan seperti yang selama ini
dia rasakan akan tetapi lebih kepada perasaan cinta seorang lelaki terhadap
wanita yang ingin sekali di nikahinya. Ingin sekali Dayat segera mengutarakan
apa yang terhasrat dalam angan angan nya itu kepada Erika, akan tetapi
kenyataannya dia belum berani untuk itu, Dayat masih belum berani, dia belum
siap dan dia takut jika dia akan ditertawakan oleh Erika seperti mana dia
pernah menggombalinya dulu. Dayat Trauma dan menunggu waktu yang pas untuk
memulai semua itu
Hampir setiap malam Dayat
berusaha merangkai kata demi kata agar dapat menjadi sebuah kalimat yang indah
yang nantinya akan dipersembahkan kepada Erika, sahabat yang kini mulai di
cintainya diam diam itu. Dayat mahukan sebuah kalimat yang akan sangat
berkesan, dan berharap agar Erika Dapat tersentuh hatinya dengan kalimat
keramatnya itu, akan tetapi hingga sekarang kalimat kalimat itu tidak pernah
wujud, bahkan setiap kata demi kata yang coba dirangkainya itu kini telah
berubah menjadi boomerang dalam kehidupannya, menjadi racun yang telah
meleburkan semua angan angan nya dan mematahkan perasaannya.
Erika pulang kampung ke
Surabaya untuk berlibur selama sebulan, Erika mulai mengUpload satu persatu
foto percutiannya di Indonesia. Dayat tersentak kaget ketika suatu hari Erika
mengubah foto profilnya, terpampang jelas dan nyata Erika berfoto dengan
seorang cowok di sebuah pantai Madura, kelihatan sangat intim, pipi mereka
tampak bersentuhan karna begitu rapatnya, seketika itu juga otak sang Dayat
mulai berputar, perbagai fikiran negative melintas dalam andaian andaian Dayat.
Ada apa dengan Erika..???
Apakah semudah itu Erika berubah dan melupakan semua ajaran agama Islam yang
baru saja di dalaminya..??
Awalnya Dayat hanya mampu mengurut dada, apalagi melihat komentar komentar
dari teman temannya, penuh pro dan kontra nya. Namun seperti biasa Erika
membalas satu persatu komentar teman temannya dengan canda tawa seperti tidak sedang
terjadi sesuatu yang aneh dengan foto profilnya.
Akhirnya Dayat mulai mengambil
inisiatif untuk turut memberikan komentar .
“Lihat foto profil kamu.. Muhrim kamu atau bukan..?? kalau muhrim ya nggak
masalah, tapi kalau ternyata bukan.. aku rasa kamu tentu mengerti dengan apa
yang aku maksudkan. Tidak cocok dengan imej kamu, tidak pas dengan hijab kamu,
terlalu intim, bisa menimbulkan fitnah” begitu komentar Dayat panjang lebar.
Erika dengan pantas menjawab
“Sudah Muhrim kok, Alhamdulillaah..” jawabnya
Hampir saja Dayat pingsan seketika membaca jawaban Erika, sungguh diluar
pemikiran Dayat namun Dayat berusaha untuk tegar lalu segera menyambung
komentarnya
“Ooohh.. Alhamdulillaah kalo begitu, makanya kalau sudah muhrim itu harus
di umumkan agar tidak menimbulkan perbagai andaian serta fitnah, tidak harus
woro woro, tapi setidaknya harus ada foto foto resmi seperti foto pernikahan,
itulah tujuannya sebuah resepsi pernikahan dibuat, agar semua orang tau bahwa
kita sudah menikah dalam agama Islam”
Tampak jelas ada kekecewaan yang teramat sangat dari kalimat kalimat yang
Dayat tuliskan, akan tetapi untunglah Erika tidak menyadari bahwa ada nada yang
aneh dari setiap perkataan yang Dayat tuliskan.
“Akadnya sudah dibuat, hanya saja resepsinya belum, Insya’Allah nanti akan
dibuat sekembalinya dari Hongkong lagi” begitu Erika mengakhiri komentarnya,
dan Dayat hanya menekan tombol “like” pada komentar tersebut.
Sesungguhnya tidak ada hal yang
lebih membahagiakan bagi seorang sahabat selain melihat kebahagiaan sahabatnya.
Begitu pula yang harus dilakukan oleh seorang Dayat, Dayat harus rela menghapus
semua perasaan yang pernah tumbuh dalam hatinya. Mungkin kebahagiaan Erika
tidak dengan Dayat. Mungkin takdir telah menuliskan nama lain dan bukan nama
Dayat sebagai jodoh Erika..
“Selamat menempuh hidup baru wahai sahabatku. Semoga kamu senantiasa
berbahagia selalu dimanapun dan dengan siapapun hidupmu, cukuplah bagiku merasa
bangga dengan menjadi sahabatmu”.
{Max Dikayatt, Oktober 2015
