Saturday, 24 October 2015

2 NEGARA 1 CINTA

                  HIJAB SANG GADIS TOMBOY
“Yatt.. Dayatt..  Banguuunn…!! Sahur gak loe..?? Udah hampir subuh nih..!!” Besok Jadi Puasa senin kannn..??” teriak Aji, sang roommate  persis di telinga Cowok bernama Dayat , coba ngingatin Dayat untuk puasa rutin Senin Kamis nya.
“Ermmm.. iya..” respon Dayat cuek entah nyadar atau enggak. Sesaat Dayat melirik jam Becker yg ada diatas meja belajarnya. Jarum jam tepat mengarah di angka 4.15 . “Ahhh.. masih lama” begitu fikirnya, lantas menarik kembali selimutnya. Aji hanya menggelengkan kepala sambil mulutnya berdesis “Ckckckck..” Lantas dengan lebih Extrem menarik selimut yg baru saja Dayat sarungkan.
“Banguuuuuuunnnn…!!” kali ini suara Aji setengah berteriak
“Iya..” begitu saja respon Dayat lalu memejamkan matanya kembali.
       Kali ini Aji bertindak lebih agresif, dia menarik bantal bergambar Sun Goku, tokoh komik kesayangan Dayat dan menyumpalkannya ke muka Dayat. Spontan saja Dayat bangun dengan nafas tercungap cungap mengambil nafas dan membalingkan bantal itu kea rah Aji.
“Resek banget sih loooooee..!!” gumamnya kesal. Sementara Aji hanya tertawa lebar melihat gelagat lucu sahabatnya itu.
      Dengan mata yg belum terbuka sepenuhnya, Dayat lantas bingkas menuju kamar mandi untuk mencuci muka, kemudia bergegas ke dapur untuk memanaskan Tomyam Seafoad kesukaannya yang sengaja dia pesan di Café tempat dia bekerja sebelum dia tidur tadi.
Sambil menunggu Tomyam nya panas, Dayat menggapai HP NOKIA XL nya dan mulai membuka aplikasi Facebook nya, perlahan dia scroll layar HP nya, satu persatu dia baca status yang di update temen temennya, hingga pada satu titik dia terhenti, tiba tiba dia tersenyum sendiri melihat sebuah status yg di tulis seorang gadis berjilbab sederhana bernama ERIKA, gadis yang sudah menjadi teman facebooknya semenjak kurang lebih 5 tahun lalu.
     Pendek saja postingannya “yuk sahur..” di posting 30menit yang lalu, Dayat hanya menekan tombol LIKE yang terdapat dibawahnya lalu membuka Profil gadis tersebut.
“Cantik sekali ya Erika dengan jilbabnya yang sederhana itu..” terdengar suara yang seolah berbisik ditelinganya. Dayat kaget, dia menoleh kearah datangnya suara itu, rupanya Aji memperhatikan gelagat sahabatnya itu tanpa Dayat sadari
“Ahhhh.. resekkk..” gumam Dayat seraya mengunci layar HP nya. Kebetulan Tomyam nya pun sudah mendidih dan siap untuk jadi santapan sahurnya.
“Nebeng sahur ya..” tanpa di iya kan oleh Dayat, Aji langsung saja menuangkan Tomyam itu kepiringnya.
“Eit.. jangan di habisin dooong… Nasib gue gimana..??” ujar Dayat seraya menarik mangkok Tomyam favoritnya itu. Aji hanya menyeringai seraya nyeletuk “bukannya loe udah kenyang liat foto Erika tadi…??”
“Apaan sih.. minggir minggir..”
      Sejenak dapur jadi riuh dengan senda gurau dua sahabat itu. Ternyata benar ya.. Bahagia itu sederhana, yaitu ketika kita bias tertawa dan berbagi bersama sahabat terdekat kita. Buat Dayat sahabat itu sama levelnya dengan saudara, apalagi dalam perantauan. Walau tidak dapat dipungkiri bahawa Dayat memiliki banyak saudara di Kuala Lumpur ini.
Dayat adalah seorang pemuda asli Madura, dia bekerja disebuah Café (baca saja : Kantin) di salah sebuah Asrama Mahasiswa di Kuala Lumpur – Malaysia. Café itu beroperasi dari jam 7 pagi hingga 12 malam, dan Dayat bekerja pada Shift sore, yaitu dari jam 1 sore hingga jam 12 tengah malam. Dayat tidak perlu menyewa rumah karna di Café itu disediakan kamar untuk para staff. Sebuah fasilitas yang cukup bagus, selain bisa mengurangi pengeluaran untuk sewa rumah, lebih mudah untuk bekerja, tidak perlu naik angkutan umum ataupun berjalan kaki. Semua fasilitas tersedia, kamar ber-AC, TV dengan saluran Astro yang memaparkan saluran dari berbagai Negara. Movies, Sports juga entertainments bisa ditonton melalui Astro.
     Usai bersahur, Aji kembali ke kamar untuk menyambung kembali mimpinya yang entah sudah terputus sampai dimana, sementara Dayat mengambil wudlu untuk melakukan sholat malam.
Jarum jam menunjukkan 5 pagi
“Bentar lagi subuh, abis sholat subuh deh baru sambung tidurnya” begitu fikirnya. Dayat kembali menggapai Henfonnya, perlahan dia membuka kunci henfonnya , masih terpampang foto Erika lantaran tadi dikunci begitu saja tanpa menutup Facebooknya, sejenak dipandanginya foto itu, terlihat dia mengukir senyuman pada bibir tebalnya
“Benar kata Aji.. Erika terlihat sangat anggun dg jilbab sederhananya, walau tanpa sedikit Make-Up pun diwajahnya”
Sejenak dia celingukan kanan dan kiri, kalau kalau ada yg memperhatikannya diam2 seperti tadi. Dia nyengir geli karna kata kata sebentar tadi bkn dari Aji tapi dari kata hatinya.


     Dalam hening awal pagi itu, Dayat terdiam, perlahan otaknya berputar pada dimensi kurang lebih 5 tahun lalu, dimana dia  baru mengenali Erika lewat facebook. Penampilannya seperti layaknya cowok, pakek celana jeans, kemeja longgar, berambut pendek, kadang berwarna biru, kadang berwarna kuning, kadang juga berwarna hijau, omongannya ceplas ceplos semaunya  tanpa sensor saat berbalas komentar di facebook dengan cowok cowok, tentang bobrolan yang berbau  dewasa..

      Erika bekerja sebagai TKW di Hongkong. Dia bekerja disebuah jewellery shop dibagian auto-check. Menurutnya, Erika hanya bekerja kurang lebih 5jam dalam sehari, yaitu dari jam 10.30pagi hingga 3 sore, tugasnya hanya memantau, mendata serta melaporkan barang yang keluar masuk (yang terjual dan yang belum terjual), juga barang yg terkirim. karna itu dia selalu punya banyak waktu untuk bermain dan Online. Dan setiap hari minggu dia mengikuti latihan Taekwondo sebagai activity luar.
      Bermula dengan berbalas balas komentar di facebook, adakalanya saling mengejek, kian hari Dayat dan Erika kian akrab, bukan hanya itu, mereka juga lanjut di facebook messenger untuk membahas apa saja, mulai dari hal yang tidak penting hinggalah masalah pribadi, bahkan Erika juga merasa sangat nyaman untuk menceritakan masalah keluarganya kepada Dayat. Bagi Erika Dayat adalah sahabat, sahabat tempat ia mencurahkan segala apapun jua yang Erika alami, dan Dayat selalu punya ruang waktu untuk melayani segala permasalahan yang Erika luahkan padanya.
     Erika sering menghubungi Dayat melalui panggilan telefon berJam jam lamanya hanya untuk berbagi suka dan duka yang dia alami. Dan Dayat selalu bisa menenangkan perasaan Erika disaat Erika sedang gundah. Kecanggihan IT benar benar di mamfaatkan dengan baik oleh mereka, maka aplikasi Skype pun sering mereka gunakan pada waktu luang, bahkan saat Dayat sedang bekerja. Beruntung Dayat bekerja di bagian Cashier sekaligus bikin minuman, jadi Dayat bisa juga sambil membuka laptopnya, dan hal ini sama sekali tidak dilarang oleh majikan Dayat selagi tidak memutar lagu lagu dangdut, bukan karna majikan Dayat tidak menyukai lagu dangdut, tapi karna café ini adalah café melayu.
     Erika sering melihat gelagat serta cara Dayat bekerja melalui Skype dilayar laptopnya, Dayat sengaja memperlihatkan pada Erika tentang kesibukannya, tentang bagaimana Dayat menjaga kasir sambil bikin minuman sekalligus. Dayat sengaja tidak mematikan chatingan Skype nya pada waktu sibuk agar Erika dapat melihat kesibukannya, dan Erika tidak sedikitpun berganjak dari layar laptop nya. Sesekali Erika terlihat ketawa cekikikan.
“Yat… Dayat…!!” suara Aji kembali terdengar di telinga Dayat
“Apa sih...” gerutu Dayat cuek dan ketus bahkan sedikitpun tidak menoleh kearah datangnya suara Aji.
“Woiiii… Arman Hidayat.. udahan dong ngelamunnya, matahari udah hampir nongol tuh, entar subuhnya dipatok ayam”. Kali ini suara Aji persis di cuping telinga Dayat, membuyarkan semua lamunannya tentang Erika. Dayat lantas bingkas berdiri dan bergegas untuk sholat subuh, rupanya Dayat telah begitu jauh hanyut dalam lamunannya, Aji hanya menggeleng melihat gelagat sahabatnya dan tidak seperti biasanya itu.
      Dayat dan Aji sudah lama bersahabat, berasal dari kecamatan yang sama, cuman beda satu kampung, mereka saling kenal sewaktu sama sama sekolah menengah dan nyantrik di YPI AL-IBROHIMY, salah sebuah Yayasan Pendidikan Islam yang terdapat di Pulau Madura.
     Semenjak Erika berpenampilan dengan imej berhijab, Dayat jadi sering berperasaan aneh, Dayat juga sangat mengagumi perubahan yang di alami oleh sahabat Facebooknya itu.
“kok bisa ya gadis Super Tomboy seperti Erika berubah 120 derajat seperti sekarang ini..??” pertanyaan itu seringkali berlegar legar dalam otaknya, bukan maksud Dayat meragukan kekuasaan sang Pencipta, tapi semua ini adalah kejadian paling luar biasa sekali yang pernah Dayat saksikan secara langsung
      Suatu hari, sebelum berhijab Erika mengutarakan keinginannya itu kepada Dayat, dan Dayat mendukung sepenuhnya I’tikad baik sahabatnya itu. Banyak hal tentang agama Islam yang Erika pelajari dari Dayat, Erika tidak pernah segan silu untuk menanyakan kepada Dayat tentang hokum hakam agama, dan Dayat mampu meleraikan setiap kekusutan yang ingin Erika luruskan. Dayat merasa sangat bersyukur karna mengetahui tentang hukum agama islam walau pun hanya sedikit, seketika pula tiba tiba raut muka dayat kelihatan berkedut, ada penyesalan yang teramat karna dahulu dia tidak serius mendalami ilmu agama islam saat di Pesantren, tapi kemudian dia terlihat tersenyum begitu mengingat Erika, karna kenyataannya Dayat telah membawa perubahan yg jauh lebih baik kepada Erika
       Pada suatu hari, foto berhijab yang pertama Erika di upload di facebook, berbagai komentardiberikan oleh temen temen facebook Erika, ada yang mendukung, ada yang menertawakan, ada yg mencibir, dan banyak pula yang mengejek.
       Pernah nonton adegan kajol, saat pertamakali belajar berpenampilan feminim dalam film Bollywood yang berjudul KUCH KUCH HOTA HAI..?? seperti itulah penampilan pertama Erika saat mulai belajar berhijab, selalu menjadi perhatian, jadi bahan ledekan, namun semua itu tidak lantas mematahkan semangat Erika untuk terus berhijab, semua itu Erika jadikan tantangan, dan sebagai seorang sahabat yang baik, Dayat selalu menyemangatinya dan menasehati agar tidak terlalu peduli dengan apa yang orang katakan, lambat laun mereka akan terbiasa dengan penampilan baru Erika hingga tidak akan ada lagi suara suara sumbang yang kedengaran lagi.
       Erika, sang gadis yang dulunya super tomboy itu, kini semakin nyaman dengan berhijab, kian hari penampilan nya kian anggun, nada bicaranya juga sudah tidak seperti dulu lagi, lebih santun dan di control dengan baik, Erika bahkan sekarang sudah rela meninggalkan Taekwondonya yang sudah mulai memasuki Sabuk hitam. Erika lebih nyaman menghadiri pengajian di Masjid dan juga membantu sebisanya sebuah panti asuhan yg terletak tidak jauh dari tempat tinggalnya di Hongkong.
        Sekali lagi Dayat semakin kagum hingga tanpa Dayat sadari ada perasaan lain yang Dayat rasakan, seperti bibit bibit cinta mulai tumbuh bersemi dihati Dayat, makin lama perasaan itu makin terasa akan tetapi Dayat tidak pernah tau cara untuk mengungkapkannya kepada Erika, bahkan Erika hanya tertawa lebar begitu merasakan Dayat mulai menggombalinya.
“Gak usah modus, gak bakalan mempan” kilahnya sambil tertawa

       Pernah suatu hari Dayat menanyakan kepada Erika
“Apa sih yang mendorong kamu untuk berhijab..?” begitu pertanyaan singkat yang Dayat tuliskan kepada Erika melalui Facebook Messenger nya
“Tepatnya.. Aku gak bisa menyimpulkan secara pasti, entah hidayah atau kesadaran sendiri” Erika memulai jawaban dari pertanyaan Sahabat yang juga motivatornya itu.
“Mungkin kamu mendapat tanda tanda sebelumnya atau gimana..??” dayat makin penasaran.
“Awalnya .. dari rasa malu, juga dari rasa takut dan banyak kejadian kejadian yang aku alami, bahkan kamu sendiri banyak terlibat dengan perubahanku ini”
       Setelah menulis jawaban itu, Erika tampak diam beberapa menit lamanya, Dayat segera mengetik utk menanyakan pertanyaan selanjutnya, akan tetapi belumpun pertanyaan dari Dayat siap di kirimkan, terlihat di ruang Chat bahwa Erika sedang menulis, Dayat mengurungkan niatnya utk menekan ENTER dan memutuskan untuk menunggu saja tulisan Erika yang selanjutnya.
“Mulanya.. Aku beberapa kali bermimpi di datangi sosok Lelaki berpakaian seba putih, Dia memberikan kepadaku kain lebar tanpa berkata sepatahpun, membuat hatiku bergetar. Suatu hari , sahabatku yang waktu itu sedang sakit keras mengatakan kepadaku kalau dia melihatku berhijab di dalam mimpinya beberapa hari sebelum dia menghembuskan nafasnya yang terakhir. Tak lama selepas kejadian itu, aku bertemu seorang ibu tua dijalan yang lagi kesusahan membawa barang yang terlalu berat, aku membantunya. Dalam perjalanan, ibu tua itu kerap memanggilku dengan panggilan “Cah Ayu”, padahal jelas jelas waktu itu aku berambut pendek, berwarna biru memakai celana jeans dan baju yang kedodoran. Aku sempat protes sama ibu tua itu karna merasa disindir dengan panggilan “Cah Ayu” itu. Alangkah makin tersentaknya aku saat ibu tuaitu bilang
 “Nak… kamu itu cantik.. kamu itu baik.. kenapa tidak kamu sempurnakan hatimu dengan berhijab..??”
Aku terpaku mendengar kata kata ibu tua itu, dan tanpa segan silu aku bilang sama beliau kalo aku tidak tau agama, aku terlalu bodoh tentang agama. Lalu ibu tua itu menyodorkan tangannya kepadaku, memberikan sebuah buku Yasin,tasbih, serta sebuah brosur tentang pengajian Masjid kepadaku, sekali lagi aku terpaku, hatiku bergetar dan tanpa kusadari ada yg jatuh menetes dari kelopak mataku membasahi pipiku.
“Sejak saat itu, aku sering bertanya tentang agama kepadamu, aku banyak belajar dari kamu. Meski aku nggak tau kamu sedang dimana dan sedang apa, namun aku serasa sangat nyaman saat bertanya tentang agama tanpa rasa malu, karna aku ingin sekali belajar dan mengetahui lebih banyak lagi. Hampir semua jawaban kamu aku bantah karna tidak sesuai dengan pemikiranku sehingga memaksa kita untuk sering berdebat.

     Hingga pada suatu hari, hatiku tergerak untuk melangkah ke Masjid, menghadiri sebuah pengajian  seperti yang tertulis di brosur yang pernah diberikan seorang wanita tua yang ku temui tempo hari. Penampilanku yang tomboy jelas menjadi perhatian para jama’ah lain yang datang,aku berpakaian tomboy seperti sehari hari, hanya menggantungkan sebuah selendang dikepala dan kulilitkan kedua ujungnya di dagu. Aku dipandang aneh, ada yang menertawakanku dan tidak sedikit pula yang mencibirku. Ingin sekali seketika itu juga aku keluar dari Masjid dan segera pulang saja kerumah karna merasa tempatku bukan disitu, akan tetapi, Disaat aku merasa kurang nyaman dengan semua yang memperlakukanku, terlihat sosok ibu tua yang dulu pernah kujumpai tersenyum ramah di sela sela jama’ah, mendamaikan perasaanku yg sedang berkecamuk.
“Sejak saat itu, aku selalu menyempatkan diri untuk menghadiri pengajian di Masjid, hingga akhirnya aku benar benar yakin dan semakin mantap untuk menutup auratku dan berhijab, bukan karna aku ingin ikut ikutan jama’ah lain, akan tetapi karna takut akan Azab Alloh dan terlaknat seperti yang pernah kamu katakan kepadaku dulu bahwa Alloh akan melaknat laki laki yang menyerupai wanita, dan wanita yang menyerupai laki laki”
      Begitulah Erika menjelaskan panjang lebar tentang perubahannya. Dayat merinding membacanya dan tidak lupa mendo’akan semoga sahabatnya itu tetap istiqomah dengan hijab serta ke taqwaannya.
     Dayat ssemakin mengagumi Erika, bukan hanya itu.. kini Dayat merasakan perasaan yang luar biasa.. sebuah perasaan cinta, bukan sekedar rasa cinta persahabatan seperti yang selama ini dia rasakan akan tetapi lebih kepada perasaan cinta seorang lelaki terhadap wanita yang ingin sekali di nikahinya. Ingin sekali Dayat segera mengutarakan apa yang terhasrat dalam angan angan nya itu kepada Erika, akan tetapi kenyataannya dia belum berani untuk itu, Dayat masih belum berani, dia belum siap dan dia takut jika dia akan ditertawakan oleh Erika seperti mana dia pernah menggombalinya dulu. Dayat Trauma dan menunggu waktu yang pas untuk memulai semua itu
     Hampir setiap malam Dayat berusaha merangkai kata demi kata agar dapat menjadi sebuah kalimat yang indah yang nantinya akan dipersembahkan kepada Erika, sahabat yang kini mulai di cintainya diam diam itu. Dayat mahukan sebuah kalimat yang akan sangat berkesan, dan berharap agar Erika Dapat tersentuh hatinya dengan kalimat keramatnya itu, akan tetapi hingga sekarang kalimat kalimat itu tidak pernah wujud, bahkan setiap kata demi kata yang coba dirangkainya itu kini telah berubah menjadi boomerang dalam kehidupannya, menjadi racun yang telah meleburkan semua angan angan nya dan mematahkan perasaannya.
     Erika pulang kampung ke Surabaya untuk berlibur selama sebulan, Erika mulai mengUpload satu persatu foto percutiannya di Indonesia. Dayat tersentak kaget ketika suatu hari Erika mengubah foto profilnya, terpampang jelas dan nyata Erika berfoto dengan seorang cowok di sebuah pantai Madura, kelihatan sangat intim, pipi mereka tampak bersentuhan karna begitu rapatnya, seketika itu juga otak sang Dayat mulai berputar, perbagai fikiran negative melintas dalam andaian andaian Dayat.
     Ada apa dengan Erika..??? Apakah semudah itu Erika berubah dan melupakan semua ajaran agama Islam yang baru saja di dalaminya..??
Awalnya Dayat hanya mampu mengurut dada, apalagi melihat komentar komentar dari teman temannya, penuh pro dan kontra nya. Namun seperti biasa Erika membalas satu persatu komentar teman temannya dengan canda tawa seperti tidak sedang terjadi sesuatu yang aneh dengan foto profilnya.
     Akhirnya Dayat mulai mengambil inisiatif untuk turut memberikan komentar .
“Lihat foto profil kamu.. Muhrim kamu atau bukan..?? kalau muhrim ya nggak masalah, tapi kalau ternyata bukan.. aku rasa kamu tentu mengerti dengan apa yang aku maksudkan. Tidak cocok dengan imej kamu, tidak pas dengan hijab kamu, terlalu intim, bisa menimbulkan fitnah” begitu komentar Dayat panjang lebar. Erika dengan pantas menjawab
“Sudah Muhrim kok, Alhamdulillaah..” jawabnya
Hampir saja Dayat pingsan seketika membaca jawaban Erika, sungguh diluar pemikiran Dayat namun Dayat berusaha untuk tegar lalu segera menyambung komentarnya
“Ooohh.. Alhamdulillaah kalo begitu, makanya kalau sudah muhrim itu harus di umumkan agar tidak menimbulkan perbagai andaian serta fitnah, tidak harus woro woro, tapi setidaknya harus ada foto foto resmi seperti foto pernikahan, itulah tujuannya sebuah resepsi pernikahan dibuat, agar semua orang tau bahwa kita sudah menikah dalam agama Islam”
Tampak jelas ada kekecewaan yang teramat sangat dari kalimat kalimat yang Dayat tuliskan, akan tetapi untunglah Erika tidak menyadari bahwa ada nada yang aneh dari setiap perkataan yang Dayat tuliskan.
“Akadnya sudah dibuat, hanya saja resepsinya belum, Insya’Allah nanti akan dibuat sekembalinya dari Hongkong lagi” begitu Erika mengakhiri komentarnya, dan Dayat hanya menekan tombol “like” pada komentar tersebut.
     Sesungguhnya tidak ada hal yang lebih membahagiakan bagi seorang sahabat selain melihat kebahagiaan sahabatnya. Begitu pula yang harus dilakukan oleh seorang Dayat, Dayat harus rela menghapus semua perasaan yang pernah tumbuh dalam hatinya. Mungkin kebahagiaan Erika tidak dengan Dayat. Mungkin takdir telah menuliskan nama lain dan bukan nama Dayat sebagai jodoh Erika..
“Selamat menempuh hidup baru wahai sahabatku. Semoga kamu senantiasa berbahagia selalu dimanapun dan dengan siapapun hidupmu, cukuplah bagiku merasa bangga dengan menjadi sahabatmu”.


                                                                                                        {Max Dikayatt, Oktober 2015




                                           

2 comments: